Jumat, Oktober 12

Tetesan Embun (Part 2)


Tiba-tiba Nagra memelukku,"Nagra?"

***

Satu menit pun berlalu, Nagra melepaskan pelukannya dan menggandeng tanganku. Di antara kita tak ada yang memulai percakapan. Pada waktu ini mulutku tersekap dalam keadaan canggung.
kita berjalan akan tetapi aku tak tahu kita menapak kepada jalan mana. Aku hanya mengikutinya. Ya, Nagra. Dalam sekelebat seseuatu yang ada dipikiranku sekarang yakni surat. hanya terfokus dalam surat ini. Apa mungkin isi surat ini penting untukku maupun Nagra? Entahlah.

Sesampai di depan rumah, ia melambai tangan tanda perpisahan padaku setiap kita berpisah di sini. Aku memasuki rumah bergaya kuno. Ketika menaruh sepatu yang sedari melekat pada kakiku satu setengah jam, aku menemukan tubuh tergeletak di lantai.

"Ibu! Ibu kenepa?" Tanyaku cemas.
Pertanyaanku tak dijawab oleh ibu.
"IBU!!" Aku menggoncang-goncangkan tubuh ibu yang ingin segera sadar. Namun tak ada respon.

Hawa dingin menyelimuti sekelilingku dan tingkatan kecemasanku memuncak. Aku kehilangan akal sehat dalam sekejap. Aku mencari-cari sesuatu di tubuh ibu yang mungkin terlihat mencurigakan. Memang ada. warna lebam di punggung kanan ibu.

"Nagra!" Menteriakkan namanya.
Airmataku sudah mengalir kemana-mana. Help me,Nagra.I need you now! batinku.

Beberapa selang waktu ada suara pintu terbuka. Nagra. Ia datang menghapiri bayanganku.
Ia segera membopong ibuku yang masih tergeletak di lantai,"Arden, ayo!"

Di luar rumah sudah terpampang mobil Ford miliknya. Ia memindahkan tubuh ibuku ke mobilnya.

Di dalam mobil aku masih tertunduk sembari menyeka airmata yang selalu keluar dari mataku. Walaupun sudah berulang-ulang kali kuseka, masih tertuang air yang mengarai ke daguku.

Kadang Nagra melirik melihatku tanpa kugubris. Ia menggenggam tanganku,"Arden,Are you okay?"
Walaupun ia menanyakan keadaanku sekarang ini, pasti ia tahu bagaimana apa yang kurasakan. Ia menggenggam tanganku dengan tangan kirinya sampai kita sudah sampai di rumah sakit.

Aku dan Nagra membopong ibu menuju UGD. Kita menunggu keadaan ibu.

"Arden."Panggil Nagra.
"Ya?"
"Baru kali ini aku melihatmu menangis." Katanya.
"Maaf,Nagra."Kututupi wajahku dengan telapak tanganku.

Aku merasakan sesuatu yang meraih pundakku. Entahlah, aku tak menghiraukannya. Sedikit demi sedikit aku mulai sadar jika Nagra telah memelukku. Walau itu belum juga menenangkan gemuruh di hatiku akan tetapi masih meminimalisir kecemasanku.

"Nagra?"Tanyaku.
"Walau aku tak bisa menghilangkan rasa sakitmu, akan tetapi aku ingin sedikit membantumu."

Mungkin ini sangatlah naif untuk digaris luruskan.
Namun aku menyadarinya.
I love you,Nagra. So damn,Nagra..

***

It hurts because you left
I cried all day but it still hurts again
Though it hurts like this
Though it really hurts
Like a fool, I'm smilling again today..

Huh Gak


"Halo?"
"Arden." Sapanya dari suara nirkabel telepon corak kuno.
"Iya,Nagra?"
"Kamu sudah baca surat dariku?"
"Belum. Kau yang bilang kalau harus ada perintahmu dulu kan?"
"Iya. Menurutmu kamu apa isi dari surat itu?"
"Entahlah."
"Hahaha, Kamu masih sama seperti dulu. Kamu bisa baca sekarang. Selamat siang,Arden."
Tut tut tut.

Aku membalikkan badanku dan menuju ke sumber yang membuat otakku terusik. Aku meraih botol tersebut dan segera membuka tutup botol.

Dengan seksama kupahami makna surat yang kupegang sedari tadi. Seketika air mataku menetes tanpa aku sadari.

Mengapa seperti ini,Tuhan?

***

Teruntuk teman mungilku,
Arden.

Arden. Apa kabar? 

Aku berharap selalu baik baik saja.
Mungkin apa yang kuharapkan ini bukan "baik-baik saja".
Forgive me,Arden :(

Mungkin pada saat kamu membaca ini, kupastikan kalau aku sudah tak berada di kehidupanmu lagi. Maaf,Arden.
Sebenarnya aku tak ingin pergi dari Kota kecil ini. Akan tetapi aku tidak bisa menolak tawaran ayahku .
Aku mohon padamu,Arden , disana janganlah merasa sendiri walau aku tak ada disampingmu lagi.

Aku selalu ada di dekatmu,Arden.  trust me :)

Satu hal yang belum kau ketahui dari dulu.
I love you. more than anything in the world. 

Mungkin takdir masih belum merestui apa yang aku katakan sekaligus kutulis ini.

One more time. I love you,Arden


/FIN/   

Tidak ada komentar: